Jakarta jam 8 malam
udara malam ini sedikit dingin karena hujan yang akhir - akhir ini terus mengguyur bahkan sampai mengakibatkan banjir disebagian wilayah Jakarta. Tapi entah kenapa aku merasa kepanasan mungkin karena AC dikamarku mati sejak dua hari yang lalu. Setumpuk pekerjan sedikit terbengkalai dimeja kerjaku padahal sudah beberapa hari stafku selalu menelpon menanyakan pekerjan apakah sudah selesai atau belum aku sendiri memilih berbaring ditempat tidur dengan handpone ditanganku tak ada telepone atau pesan yang lainnya aku hanya memandanginya saja seolah - olah untuk apa aku memilikinya jika tidak bersuara kecuali urusan pekerjaan itu pun bukan handpone pribadiku. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku
“ Rani ?” suara yang tak asing itu terdengar samar bergegas aku mendekati asal suara setelah beberapa kali suara panggilan itu aku dengar, ibuku sudah berdiri didepan pintu kamar.
“ Ada tamu untukmu ” sambil tersenyum
“ Siapa bu ? ” aku mengerutkan dahi
“ seorang lakilaki tampan “ ibu berlalu dengan senyuman menggodaku.
“ seoang lakilaki ” dalam pikirku sambil berlalu kedalam kamar
untuk merapihkan kerudungku siapa tamu malam malam begini aku merasa tidak ada janji dengan siapa pun.
Di Ruang tamu duduk kedua orang tuaku menemani tamu mereka terlihat akrab berbincang sekali kali terdengar tawa riang diantara mereka.
“ silahkan diminum thenya ? ” mbo nah menyodorkan secangkir the
“ terimakasih mbo ”
“ baik den, silahkan diminum “
Tamu itu tanpa ragu menggangkat secangkir the dan meminumnya.
Aku turun dari kamarku dan berpapasan dengan mbo nah dia hanya tersenyum padaku tanpa kata sedikit pun, Aku semakin penasaran siapa tamu ini.
Dia duduk membelakangi kedatanganku entah kenapa jantungku berdebar cukup kencang aku merasa mengenal sosok tersebut
“ Asallamuallaikum ” panggilku
“ waalaikumsallam ” tamu itu berdiri dan membalikan badan kearahku
“ Bayu !! ”
Ke dua orang tuaku tersenyum dan mempersilahkan kami untuk berbincang tak lama mereka berpamitan untuk istirahat padahal biasanya mereka masih asik menonton acara televisi aku pun duduk bersebrangan dengan sang tamu aku sedikit melongo kedalam rumah aku liat orang tuaku memperhatikan lalu mereka pun pergi dengan malu - malu karena ketahuan olehku.
Hujan diluar mendadak berhenti seolah ikut ingin mendengarkan kami berbicara untuk sesaat tak ada yang membuka suara kami sibuk dengan tanya jawab dalam hati masing - masing. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya bahkan sikapku dikamar tadi mungkin karenanya. Setelah dia menghilang tanpa kabar dan sekarang tiba - tiba muncul begitu saja dirumahku mungkin dia mencari tau alamat rumahku atau mungkin arus banjir yang membawanya. Pertemuan ini membuatku merasa tidak nyaman andaikan kejadian itu tidak terjadi mungkin diantara kami tidak akan nada kecanggungan tapi aku tidak sepenuhnya menyalahkan Bayu.
Bandung
Disinilah aku bertemu dengannya ya Bayu, kami bertemu kami berteman cukup lama pertemuan kami bukan secara kebetulan kami dipertemukan oleh rekanan kerjanya karena aku ingin mencoba membuka bisnis dikota ini Bayu seorang laki - laki yang cukup tampan dan mapan bisnis kuliner dan modenya cukup terkenal disini dia banyak dikagumi wanita - wanita cantik. Aku cukup mengaguminya sebagai seorang perempuan menurutku wajar karena selain dia memiliki paras yang tampan dia cukup berbakat dalam hal berbisnis dia juga bekerja sebagai consultan bisnis yang lumayan ternama kariernya cukup bagus diusia mudanya sekarang ini.
“ Rani, kenalkan ini Bayu “ temanku memperkenalkan kami
“ Maharani ” aku pun menyalaminya
“ Bayu…. Maharani nama yang sangat indah ” ujarnya.
Pujian itu cukup membuatku tersipu aku hanya tertunduk untuk menyembunyikan rona memerah diwajahku.
Itulah perkenalan singkat kami selanjutnya kami hanya berkonsultasi tentang rencanaku membuka sebauh butik fashion.
“ ran, bagaimana menurutmu ? ”
“ hah ! apa shin ? ” aku sedikit terkaget
“ hmm… kamu melamun ya ? ” goda Shinta
“ ga, aku hanya sedang mempelajari berkas yang Bayu kasih tadi ”
“ ohh.. aku pikir kau melamun. Bayu memang tampan tapi kau harus hati - hati selain pintar dalam berbisnis dia juga pintar memikat perhatian perempuan ” goda Shinta
Shinta sedikit memperingatiku tentang Bayu, rupanya Shinta memperhatikan sikapku tadi siang saat aku dan Bayu berkenalan dan Shinta cukup tahu siapa Bayu. Kami bertiga sering bertemu dengan Bayu karena pekerjan kami membutuhkan seorang pakar sepertinya.
“ akhirnya selesai juga ” Bayu menghela nafasnya dan duduk disebuah bangku yang berlumuran cat. Bayu membantu kami medesigen butik walaupun dia seorang lelaki tapi cukup mengerti selera perempuan seperti apa, ya seperti yang Shinta bilang dia banyak dikagumi perempuan setidaknya Bayu mengerti kaum kami seperti apa.
“ ini ” aku menyodorkan sebotol air mineral dingin
“ terimakasih rin ” Bayu meraihnya dan langsung meminumnya
Hari ini Shinta tidak menemani kami karena dia harus menemani ibunya yang sedang sakit. Situasi ini sedikit membuatku gugup karena aku hanya berdua dengan Bayu.
“ oh ya rin jika ini sudah selesai kamu akan tinggal dibandung ? ” Bayu mengawali pembicaran
“ mungkin untuk sementara sebelum aku menemukan asisten ”
“ jika butuh orang aku bisa membantumu mencarikannya ” Bayu mengutarakan bantuannya
“ boleh tapi jangan yang terlalu hebat sepertimu nanti aku susah untuk membayarnya ”
Bayu tertawa mendengar perkataanku
“ jadi maksudmu aku pun tidak akan kamu bayar begitu ” Bayu memandangiku
“ tidak bukan begitu maksudku ” aku menjelaskan maksdu perkatan tadi dan Bayu hanya mengangguk ngangkukan kepalanya sambil melipat kedua lengannya didada entah dia mengerti atau apa, selintas aku memperhatikan wajahnya aku liat senyumannya seolah dia sedang mempermainkanku Bayu memang tampan aku akui itu. Aku pun hanya tersenyum dering handpone Bayu membuat perbincangan ringan kami terhenti
“ sebentar ya rin ” Bayu mengangkat handponenya dan berbicara aga menjauh dariku
Aku memperhatikan Bayu dia berbicara dengan lembut diselingi tertawa kecil kemudian dia berbalik dengan tiba - tiba kearahku sambil tersenyum seolah dia tahu aku memperhatikannya aku hanya membalas senyumnya rasanya malu sekali aku pun membiarkan Bayu berbicara dengan entah siapa mereka mengobrol cukup lama
Shinta selalu rajin menemaniku dan Alhamdulillah ibunya sudah membaik. Shinta adalah sahabatku sejak SMA, dulu dia tinggal di Jakarta karena ayahnya harus bekerja disalah satu perusahan disanah. Beberapa tahun kemudian ayahnya meninggal karena kecelakan kerja maka Shinta dan ibunya kembali ke bandung. Hari ini pengunjung butik cukup ramai aku dan Shinta begitu pula pegawaiku cukup kewalahan meski baru satu mingguan pembukan butikku sudah cukup menarik perhatian penggunjung selain karena desigen busana muslimku dari bahan warna warni dan moelnya pun tidak terlalu pasaran karena aku tidak membuat bajak model dari baju yang sudah ada jadi dibikin Limited Edition belum lagi dekoran yang dirancang Bayu menambah sentuhan lain dibutiku ini. Kami baru bisa rehat sesudah sembahyang magrib Dian memesankan kami minuman dan makanan hangat karena diluar hujan cukup deras beberapa hari ini Bandung selalu hujan Dian karyawanku yang direkomendasikan Bayu dia cukup berpengalaman aku pun terkesan dengan cara kerja Dian yang cekatan. Selesai kami makan Bayu datang berkunjung ditemani seorang dara Bandung yang cantik dan modis sekilas mereka tampak serasi cantik dan tampan kedatangan mereka membuat kami kaget terutama aku bukan karena Bayunya tapi gadis cantik yang bersamanya pakaianya terlalu minim aku hanya ternyemun dalam hati anak muda sekarang.
“ wah lagi pada seru - seruan nih ” sapa Bayu
Kami pun mempersilahkan Bayu dan temannya masuk Dian dengan gesit merapihkan bekas makan kami.
“ ko datang ga bilang bilang sich kalo tau mau dating tamu istimewah kami bisa menyiapkan sambutan ” canda shinta
Bayu hanya tersenyum dan menyapa kearahku denagan anggukan kecil pandangan seperti bisa dan kembali membuatku harus menghindari pandangannya Bayu memperkenalkan teman wanitanya namanya Raya dia masih kuliah cukup muda untuk laki - laki seusia Bayu yang hampir seusia dengaku dan Shinta. Raya cukup manja terlihat dari gaya bahasa dan gerak tubuhnya aku dan Shinta hanya tersenyum - senyum sesekali mencubit kecil Dian yang memeragakan gaya Raya dengan sedikit lebay. Bayu tidak lama dibutik kami setelah melihat - liat akhirnya Bayu berpamitan karena Raya ingin segera pergi setelah membeli setelan dress untuk mamanya.
Akhir pekan ini aku berencana untuk kembali kejakarta Dian sudah bisa ku andalkan untuk menghandel butik, aku pun menambah satu karyawan lagi agar ada yang bisa membantu Dian. Aku sangat berterimakasih kepada Shinta yang selalu setia menemani selama aku dibandung.
Menjelang sore hari keberangkatanku aku merapihkan berkas dan pakaian yang harus dibawa ke Jakarta dibantu Dian butik terpaksa ditutup lebih awal karena banyak baju pesana yang harus dibawa untuk dijahit. Selama dibandung aku menyewa rumah selain untuk aku tempati ada beberapa karyawan yang tinggal disini termasuk Dian karena jaak rumahnya dan butik cukup jauh.
“ dian terimakasih ya sudah mau membantu pekerjaanku ”
“ ga apa apa mba saya malah senang bisa membantu mba rani disini ”
“ kalo ada apa - apa kamu bisa telpone saya ya ? ”
“ baik mba ”
Bunyi bel membuat Dian menghentikan pekerjannya dan dia bergegas menuju pintu
“ mba, ada ka Bayu ”
aku pun bergegas menemui Bayu yang menunggu didepan rumah
“ Asalamuallaikum ” sapaku
“ waalaikumsallam, bagaimana kabarmu ? ”
“ Alhamdulillah baik kamu sendiri bagaimana”
“ Alhamdulillah … hmm tadi aku mampir kebutik tapi sudah tutup kata Shinta kamu dirumah makanya aku menyusul kesini tidak apakan ? ”
“ oh ya ga apa - apa tapi maaf rumahnya berantakan ” aku pun mempersilahkan Bayu untuk duduk.
“ Shinta bilang kamu akan kembali ke Jakarta ”
“ iya disini aku sudah ada Dian yang bisa aku andalkan, terimakasih ya untuk bantuannya ”
“ iya sama - sama, berapa lama kamu akan di Jakarta ? ”
“ mungkin akan cukup lama aku kesini hanya untuk sesekali saja untuk mengecek butik ”
“ kamu tidak ada keinginan untuk menetap disini ? ”
Pertanyaan Bayu kali ini tidak langsung aku jawab aku hanya diam berpikir jawaban apa yang harus aku sampikan sebenarnya aku kerasan tinggal disini tapi aku juga tidak ingin selalu merepotkan Shinta yang selalu menemaniku
“ mungkin nanti jika aku sudah siap untuk tinggal disini ” hanya itu yang bisa aku katakana.
“ hmm …. Apa aku tidak bisa menjadi alasan untuk kamu tetap tinggal disini ? ” Bayu memandangiku dengan serius Tuhan apa maksud dari perkataannya jujur itu membuatku gugup selama kami bersama Bayu tidak banyak bicara masalah pribadi selain pekerjan entah kenapa dia berkata begitu atau mungkin dia hanya bercanda saja.
Waktu sudah hampir menjelang Isya aku sudah siap - siap untuk sembahyang sebelum trevel pesananku mejemput aku terpaksa menggunakan trevel karena tidak membawa kendaraan orang tuaku terutama ibu tidak mengizinkan aku menyetir sendiri.
“ Assalamuallaikum rin kamu jadi pulang hari ini ? ” suara ibu terdengar diujung telepon sanah
“ Waalaikumsallam bu, Insya alloh jadi setelah Isya ”
Rasanya aku rindu sekali dengan ibu yang selalu rajin mengingatkan ku untuk menjaga kondisi karena ibu tau aku suka lupa menjaga kondisi kalo sedang bekerja.
“ hati - hati dijalan ya nak ! Dengan siapa kamu pulang ? ”
“ sendiri saja bu … iya bu, do’akan saja biar Rani sampai dengan selamat ”
“ pasti ibu dan ayah selalu mendo’akan ”
Handphoneku kembali berdering ku liat panggilan masuk Bayu aku terdiam tak langsung aku angkat ku menarik nafas sejenak untuk memberanikan diri menjawab panggilan teleponnya sejak pertanyaan Bayu tadi sore aku tidak berkomentar apapun.
“ Hallo Rani, apa kamu sudah berangkat ”
“ belum aku masih menunggu travel ”
“ mau aku antar ? ”
“ oh tidak usah Bayu nanti travel menjemput kerumah ”
“ maksudku kalau kamu tidak keberatan aku mau mengantarkan kamu pulang sampai Jakarta ”
Lagi lagi Bayu membuat perkataan yang membuat jantungku seakan mau copot
“ tidak usah Bayu terimakasih aku sudah memesan trevel tidak enak kalo membatalkan mendadak ” jawabku
“ maaf jika aku lancing aku hanya ingin membantumu saja tapi kapan - kapan aku boleh main ke Jakarta ya ? ” pinta Bayu
“ oh iya silahkan boleh saja ”
Suara klakson mobil menghentikan perbincangan kami aku pun berpamitan pada Bayu sekaligus mengucapkan terimakasih untuk bantuannya selama aku dibandung.
Jakarta
“ Subhamalloh panasnya bu ” keluhku pada ibu
“ sabar nak ” ibu memberiku tisu untuk menyeka keringat yang bercucuran didahiku. Hari ini ibu menemaniku berburu bahan - bahan kain di pasar Tanah Abang seperti yang kalian tau disini sakat padat orang dari mana saja ada membuat aku dan ibu harus berhati - hati dengan barang belanjan kami takutnya ada yang tertinggal. Sudah hampir seharian aku berburu kain disini kualitasnya memang bagus meski harga sedikit mahal kalo beli banyak bisa dikasih potongan harga. Kami pun mampir disebuah warung jajanan aku memesan seporsi bakso rasanya segar sekali panas - panas makan pedes hanya untuk menyegarkan badan saja aku duduk bersebrangan dengan ibu, ku raih tasku dan ku ambil tas kecil yang berisi beberapa handpone hanya untuk mengecek apakah ada panggilan atau message ada tiga panggilan tak terjawab dua panggilan dari Dian dan satu panggilan dari Bayu message lainnya dari Shinta dan beberapa pesan dari pelangganku. Aku mencoba membalas satu - satu pesan kemudian aku menelpon Dian hanya satu yang tidak aku balas dari Bayu entah kenapa ku merasa tak harus membalas atau kembali menelponya aku hanya memainkan Handpone saja sambil berpikir kiranya apa yang akan dia katakana suara pesan membuatku menghentikan suapanku ku raih handpone untuk melihat pesan masuk
“ hai, bagaimana kabarmu ? aku tadi menelpon tapi tidak ada jawaban mungkin kamu sedang sibuk aku tadi mampir ke butik cukup ramai mungkin karena weekend tapi kata Dian setiap hari juga selalu rami ” isi pesan dari Bayu
“ Alhamdulillah kabar baik bagaimana denganmu ? aku sedang mencari bahan - bahan kain bersama ibu jadi maaf tak terangkat teleponnya terimakasih sudah mampir ya ” balasku dengan memakai tanda senyum dipesannya.
“ boleh aku telpone ? ” Bayu kembali membalas
“ boleh tapi tidak sekarang nanti aku kabari jika sudah dirumah ”
Perburuan kami hari ini cukup melelahkan Alhamdulillah ibu mau menemaniku dan bahan - bahan yang aku butuhkan pun sudah terlengkapi pa ujang membawa beberapa kantong hasil pelanja kami ke dalam rumah menjelang Magrib aku baru bisa istirahat mbo nah menyiapkan makanan kesukaanku sop ayam setelah solat magrib aku dan keluarga baru makan malam setelah makan malam kami berbincang ringan diruang keluarga sambil menonton acara televisi.
“ rin, bagaimana kerjanmu di bandung ? ” ayahku memuali membuka percakapan
“ Alhamdulillah yah kata stafku hari ini cukup ramai ”
“ sukur kalo begitu ”
“ kapan kamu akan mengontrol kesanah ? ”
“ mungkin baru bisa bulan depan yah ada tugas kampus yang belum selesai ”
Ayah hanya mengganggukan kepalanya tanda beliau mengerti saat ini aku kembali kuliah dengan jurusan yang berbeda dengan sebelumnya kali ini aku mengambil Design aku ingin menjadi seperti Dian Pelangi agar desigenku memiliki Brend
waktu sudah menunjukan jam 20.00 malam aku berpamitan pada ayah dan ibu untuk tidur lebih awal setibanya dikamarku aku meraih handpone ku yang sedang dicharger ku aktifkan banyak sejali message yang masuk salah satunya dari Bayu aku hampir terlupa akan janjiku pada Bayu untuk mengabarinya setiba aku dirumah. Aku mencoba menelpone Bayu tidak berapa lama telponku terhubung dengan Bayu kami pun mengobrol tentang aktifitas seharian ini diselangi canda tawa. Demikianlah awal komunikasi aku dengan Bayu dan itu tidak hanya malam itu saja hampir setiap hari kami berkomunikasi hanya sekedar bercerita kegiatan kami apa saja terkadang kami saling curhat masalah pekerjan. Satu hari panggilan tak terjawab Bayu aku liat di handponeku aku coba untuk menghubunginya dan ternyata bukan Bayu yang menjawab tapi suara perempuan bernama Ara. Aku pun kembali ke tugas kuliahku dan beberapa pekerjan butik yang harus diselesaikan. Aku bersiap untuk tidur karena besok aku harus bangun lebih awal karena ada jadwal kuliah pagi tapi bunyi handpone membuatku bangit dari tempat tidur dan menuju kemeja dimana handponeku disimpan dan satu panggilan masuk Bayu aku berniat untuk tidak menjawannya tapi akan tidak baik anggapnnya nanti.
“ Asalamuallaikum ”
“ Waalaikumsallam, hai ran ? tadi menelponku ? ”
“ iya, tapi kamu sedang tidak ada ” aku tidak mempertanyakan siapa Ara
“ iya aku sedang dikamar mandi tadi, apa aku tidak menggangumu menelpon selarut ini ? ”
“oh tidak aku baru selesai mengerjakan tugas kampus saja ”
“ ran, kapan kamu akan ke bandung lagi ? ”
“ untuk sekarang aku belum ada jadwal kesanah memang kenapa? ”
“ ah tidak aku hanya rindu saja ”
Rindu ! Bayu bilang rindu padaku
“ hmm sepertinya Bayu mulai menjalankan aksinya “ pikirku
“ rindu !! ko bisa ?? rindu sebagai apa nih ” akhirnya aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya meski dalam nada bercanda
“ ya sebagai teman tidak ada salahnyakan ? ” jawabnya cukup ringan. Ya ternyata aku terlalu berpikir lain - lain aku hanya dianggap sebagai teman baginya tidak lebih aku terlalu ngarep
“ hehe … iya ” jawabku untuk menghilangkan rasa kecewaku
“ iya apa rin ?”
“ iya rindu sebagai teman ”
“ jadi benar kamu merindukanku ”
Aku pun terjebak oleh jawabanku sendiri harusnya aku tau kalo pertanyaan Bayu hanyalah pertanyan jebakan agar dia tau bahwa aku pun berperasaan sama dengannya Bayu memang ahli dalam permainan kata - kata terutama denganku karena aku mungkin dianggap wanita polos olehnya. Selama ini aku tidak terlalu dekat dengan lakilaki entah kenapa aku seolah menarik diri dari mereka padahal usiaku sudah cukup untuk berumah tangga bahkan beberapa teman SMA ku sudah ada yang menikah dan memiliki beberapa anak terkadang sebagian dari sahabatku ini mencoba mengenalkan aku dengan sodara atau teman mereka termasuk Shinta dia pernah mencoba mengenalkan ku dengan seseorang aku tidak memilih harus seperti apa pasanganku nanti hanya saja aku lebih memilih sendiri untuk saat ini meski kedua orang tuaku tidak memaksa untuk cepat menikah tapi aku tau mereka mendambakan itu. Mereka pun tidak pernah menanyakan aku sedang dekat dengan siapa mereka cukup mengenalku sebagai anak satu satunya.
“ bu, boleh aku berbicara denganmu ? ” tanyaku pada ibu suatu malam
“ boleh kenapa rin ”
Aku terdiam untuk mengumpulkan keberanianku
“ selama aku di bandung aku mengenal seseorang namanya Bayu ”
Ibu secara spontan merubah posisi duduknya menghadap kearahku dan meletakan buku yang sedang dibacanya aku tau ibu merespon perbincangan ini bukan berarti setiap kami berbincang beliau tidak mendengarkan tapi ini mengenai seseorang.
“ terus ?? ” Tanya ibu penuh rasa penasaran
“ dia adalah rekanan bisnisku dibandung Shinta yang mengenalkan kami dia cukup handal dalam berbisnis jadi aku dan Shinta memakai jasanya untuk membantu kami disanah ”
“ apa dia singgel ” pertanyaan ibu membuatku terperangah
“ iya bu ” aku merangkulnya
Ibu terlihat menghela nafas pertanda dia tidak terlalu khawatir anaknya bergaul dengan siapa.
“ akhir - akhir ini Bayu sering menghubungiku padahal semenjak dibandung Bayu tidak seperti itu kami hanya berkomunkasi masalah pekerjan saja dan itu pun jarang hanya sekali – kali saja ”
“ apa yang kaian bicarakan ”
“ hanya obrolan ringan saja bu kegiatan kami sehari - hari saja tidak ada yang lain ”
“ menurutmu bagaimana Bayu ? ” Tanya ibu
“ dia baik secra fisik dia tampan ”
“ apa kamu menyukainya ? ”
Pertanyan ibu membuatku sedikit menumpahkan the ditanganku aku memandang ibu yang tersenyum.
“ rin, menurut ibu mungkin Bayu menaruh simpati terhadapmu entah itu sebagai teman atau rekanan kerja. Apa dia pernah bertanya sesuatu padamu ? ” ibu mulai mengintrogasi
Aku kembali diam ya dia pernah mengatakn seseatu saat aku akan kembali ke Jakarta yang sampai saat ini belum aku jawab.
“ dia pernah memintaku untuk tetap tinggal di bandung bu ”
“ lalu kamu jawab apa ?
“ aku belum memberi jawaban aku bingung harus menjawab apa waktu itu bu ”
“ Kamu pun tidak bertanya kenapa dia berkata seperti itu “
“ tidak bu ”
Dering telepon menghetikan perbicangan kami ternyata Bayu panjang umur sepertnya pikirku. Aku pamit untuk bicara dikamarku saja ibu hanya mengangguk.
Bandung
Shinta menemani di butik karena Dian sedang izin aku baru beberapa hari berada di bandung dan hanya Shinta yang aku hubungi sebagai seorang sahabat banyak sekali yang kami perbincangkan selain kerjan Bayu salah satunya dari obrolan kami aku menceritakan semua tentang Bayu kepada Shinta tanpa sepengetahuanku Bayu pernah mendatangi Shinta dirumahnya. Menurut Shinta tidak banyak yang Bayu pertanyakan hanya kepribadianku dan keluargaku itu saja satu pernyatan Shinta yang membuatku semakin memperhatikan cerita Shinta. Bayu pernah bilang bahwa aku berbeda dengan teman - teman wanitanya yang tidak langsung tertarik dengan paras tampannya dan materi padahal kalau akau jujur aku pun mengaguminya diusia yang baru kepala tiga sudah mapan aku perempuan akan tidak baik rasanya jika terlalu blak - blakan bahkan diantara mereka ada yang menganggapku sombong padahal aku hanya menarik diri dari mereka aku pernah mencoba dekat dengan seseorang teman sekolahku dulu tapi dia menyerah dan kini Bayu mencoba untuk membuka ketertutupanku. Meski sikapnya belum terlalu meyakinkanku apakah sikapnya tersebut hanya untuk mendekatiku lalu setelah itu membirkannya setelah didapatkan.
Aku memang selalu berhati - hati kepada siapa saja yang ingin mendekatiku terutama kaum Adam aku hanya ingin tau seberapa besar mereka memperjuangan harapan dan keyakinan sehingga tidak akan mudah untuk dilepaskan setelah berusaha untuk mendapatkan.
Beberapa hari kemudian Bayu singgah kerumahku dia membawa beberapa bingkisan jajanan kota ini Bayu memberikannya kepada para karyawanku yang sedang mengerjakan beberapa pesanan seragam. Bayu cukup dekat dengan karyawanku menurut Dian Bayu beberapa kali mampir saat aku berada di Jakarta namun dia meminta Dian untuk tidak mengatakannya.
“ Bayu, terimakasih karena sudah meluangkan waktu untuk mau mampir kesini ” aku mengawali percakapan
“ iya toh aku juga tidak terlalu sibuk ”
“ Bayu, boleh aku bertanya sesuatu ? ”
Bayu hanya mengangukan kepalanya pertanda dia tidak keberatan. aku memberanikan diri untuk bertanya tentang sikapnya tapi sebelum aku bicara Bayu mendahului
“ mungkin kamu bingung harus memulai dari mana bukankah begitu rin ? ” perkatan Bayu mengagetkanku
“ aku mengerti kebingunganmu maka aku akan menjawab semua pertanyaan dalam benakmu itu.”
Bayu berhenti sejenak dan dia menghela nafas sepertinya apa yang akan dia katakana membutuhkan keberanian yang besar.
“ aku menyukaimu rin ”
Hening seketika suasana yang tadinya cukup riuh seolah sepi seketika hilang entah kemana aku hanya terpaku seakan tak percaya dengan apa yang aku dengar barusan
“ jujur aku menaruh hati padamu meski tidak dari awal kita bertemu namun selama kamu disini buatku itu memberi kesan lain tanpa kamu sadari aku selalu memperhatikanmu. Aku sering ke kebutikmu meski cukup dari kejauhan karena aku takut mengganggumu ”
Aku masih terdiam dan Bayu melanjutkan ceritanya.
“ kamu tau saat aku datang bersama Raya ? “
Aku menganggukan kepala lalu Bayu melanjutkan pembicarannya
sebenarnya itu tidak disengaja Raya melihatku sedang duduk di cafeteria dan dia memintaku untuk melihat lihat butikmu karena dia memaksa aku tak bisa menolaknya ”
aku semakin menyimak perbincangan ini Bayu mulai banyak bercerita bagaimana hubungannya dengan Raya yang ternyata sudah lama putus.
“ lalu Ara ? ” tanyaku
Bayu tidak langsung menjawab dia kembali menghela nafasnya.
“ aku mengenal Ara setelah putus dari Raya aku tau waktu kamu menelponku Ara yang menjawabnya “
Bayu merubah posisi duduknya lebih menghadap ke Arahku gerakan tangannya seolah akan meraih tanganku tapi niat nya itu dihentikan karena sepertinya dia ragu.
“ Aku dan Ara saat ini masih berhubungan ” Bayu memandangiku dia ingin tau reaksiku seperti apa dan benar saja reaksi spontanku terihat jelas dimata Bayu aku menggeser dudukku perkataan Bayu itu seolah ingin mempermainkanku dia bilang suka tapi dia masih bersam Ara kekasihnya.
“ lalu maksud kamu apa ? dengan kata suka ” nada bicaraku diperjelas dikata suka.
“ aku tau kamu pasti akan mempertanyakan itu ”
Bayu berdiri mendekati Arah pintu ruang tamu lalu melanjutkan ceritanya.
“ aku dan Ara bertemu satu tahun yang lalu disebuah pub malam saat itu Ara bersama teman - temannya begitupun dengan aku, Ara teman dari temanku dan kami pun diperkenalkan dari perkenalan itu kami berlanjut dihari setelahnya Ara rajin menelpon atau datang kerumahku Ara baik dan cantik tapi dia berbeda denganmu Rin. Ara sangat posesif apa pun yang kulakukan dia selalu melarang dan membatasi pergaulanku “ Bayu kembali mengarahkan pandangannya kepadaku
“ kamu berbeda dari mereka yang aku kenal wajar jika aku lebih memperhatikanmu semenjak aku mengenalmu aku merasakan lain aku tau apa yang aku inginkan aku seorang lelaki akan wajar jika aku mencari yang terbaik untuk masa depanku ”
Masa depan sejauh itukah pemikiran Bayu aku masih belum bisa berkata- kata aku hanya mendengarkan Bayu berbicara dalam kekagetanku aku terus mendengarkan ceritanya
“ aku tau mungkin fisik dan kepribadianku tak sesuai dengan kerteriamu ” nada bicara Bayu merendah
“ tidak aku tidak menilai seseorang dari sekedar fisik saja, aku hanya masih bingung dan entah apa yang harus aku jawab dari semua pertanyaanmu ”
“ iya aku mengerti itu aku tidak akan memaksamu untuk menjawabnya dengan cepat ”
Kami terdiam sejenak banyak pertanyaan yang berjalan bolak balik dipikiran masing masing satu yang harus aku yakinkan sendiri apakah aku memiliki perasaan yang sama terhadapnya atau hanya perasaan kagum saja.
Malam minggu kali ini cukup cerah Bandung tidak diguyur hujan seperti beberapa hari yang lalu banyak muda mudi priyangan yang tidak mau menyianyiakan saat seperti ini. Aku dan Shinta berencana untuk keliling kota Bandung sekedar menghilangkan kelelahan selama kami bekerja dan tentu saja berburu kuliner dan menikmati suasana malam hari di Bandung. Kami singgah disuatu kawasan yang bisa melihat kota Bandung dari dataran tinggi sekaligus bisa menikmati seporsi nasi merah . Diselang keasikan kami menikmati hidangan malam aku bercerita tentang hal yang Bayu ceritakan Shinta cukup memberiku masukan menurutnya seorang laki - laki pasti akan mencari yang terbaik untuk masa depannya bukan berarti apa yang ada sekarang tidak baik tapi mungkin kurang pas dengan keinginanya. Tiba tiba Shinta menepuku dia menunjuk dengan gerakan kepala kearah samping kami
“ Bayu ” kataku kepada Shinta.
Dia tidak sendirian tidak juga dengan teman - temannya dia dengan seseorang berambut panjang terikat kulitnya puth tubuhnya tinggi semampai cantik percis yang dikatakan Bayu. Bayu terlihat gagah dengan setelan motornya setidaknya itu yang tak luput dari perhatianku
Tak berapa lamu kulihat Bayu memesan makanan dan perempuan itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya sebuah bungkusan kecil dan dia pun mengambil satu batang kecil dari dalamnya kemudian membakar slah satu ujungnya dan menghisapnya semburan asap menyamarkan wajahnya
Aku kembali melanjutkan perbincangan kami yang terpotong karena sama - sama menyaksikan dua sejoli tadi aku dan Shinta sependapt untuk tidak membahasnya.
“ hai, kalian disini rupanya ” suara itu mengagetkan kami
Bayu sudah berada tepat didepan kami duduk bersila dan memperhatikan kami yang seperti melihat hantu.
“ iya nih habis kami ga ada yang ngapelin jadi pergi berdua saja ” ujar Shinta dengan sedikit aku cubit kakinya Shinta melihatku pertanda dia kaget.
“ tau begitu kita bisa jalan bersama ”
“ kamu kan lagi malam mingguan yu ? ” jawaban Shinta itu membuat Bayu terlihat salah tingkah. Bayu terlihat melambaikan tangannya karena perempuan yang bersamanya memanggil dan langsung berpamitan Bayu kembali ketempat duduknya dan terlihat sedikit berbincang.
Keesokan harinya aku berada dibutik membereskan beberapa pesanan yang harus diantar atau dipaketkan. Bel pintu butik berbunyi pertanda ada yang masuk aku spontan mempersilahkan tamu untuk masuk
“ silahkan mba, untuk diliat mungkin ada yang cocok ” sambutku. Ara melangkah masuk kedalam sambil memperhatikan setiap sudut ruangan dan aku pun tak luput dari pandangannya
“ jadi kamu yang namanya Maharani ” bertanya dengan ketus
“ iya saya Maharani ”
“ kamu pasti sudah tau siapa aku iya kan ? “
Aku hanya diam tak mengiyakan atau pun tidak karena memang kami baru bertemu hari ini.
“ heran kenapa Bayu bisa tertarik dengan perempuan sepertimu” Ara berdiri didepanku dengan menyilangkan lengannya didada.
“ maksud mba ?? ” aku belum memahami pembicaraannya
“ setauku Bayu seleranya tinggi ya seperti akulah cantik modis sedangkan kamu !! ” Ara kembali memperhatikan gaya berpakaianku yang berdress panjang dan berhijab rapih.
Ara melihat - lihat baju - baju yang aku pajang dengan kasar sehingga ada bebrapa yang terjatuh.
“ memangnya kenapa dengan penampilanku menurutku ini yang terbaik ” emosiku mulai terpancing tapi aku coba untuk menahannya.
“ ya sangat cocok denganmu ” tanpa menoleh kearahku Ara terus mengacak baju – baju jualanku.
“ eh mba hati - hati donk ” tiba - tiba Dian sudah berada diantara kami Dian mengambil baju yang terjatuh dan meletaknya kembali digawang baju. Sebelum Dian bersikap tak terkendali karena Ara bersikap berlebihan aku buru - buru mendekati Dian dan memegang lengannya agar tidak terjadi pertikaian.
“ asal kamu tau ya Bayu tidak akan pernah aku serahkan kepadamu sekali pun kamu wanita terakhir dibumi ini. Bayu milikiku kamu harus tau itu !! ” bentaknya mengarahkan telunjuknya ke wajahku
“ ada apa ini ?? ” Bayu hadir diantara kami Bayu melihat kearahku yang mulai merasakan air mata tergenang diantara sudut mataku bukan karena perkataan Ara bahwa aku tidak akan bisa mendapatkan Bayu tapi ini lebih kepada harga diri karena sikapnya tidak baik dalam menilai caraku berpakaina. Bayu menarik Ara sedikit kasar sampe Ara mengaduh keluar dari butik mereka terlibat perbincangan sengit nada suara Ara cukup keras hingga Bayu harus memberi isyarat agar Ara tidak bersikap berlebihan dan tanpa diduga Pllaakkk Ara menampar Bayu aku menutupi mulutku menahan teriakan karena kaget Ara berlalu dengan marah sedangkan Bayu masih berdiri tak bergeming.
Semenjak kejadian itu aku mulai menjaga sikap dengan Bayu. Bayu beberapa kali mencoba menghubungiku baik lewat telpon messeage datang ke butik dan kerumaku namun aku mencoba untuk tidak meresponnya meski sedikit dihatiku ada rasa iba karena ketidak menyerahannya untuk bisa menemuiku. Ara sudah tidak aku permasalahkan lagi karena sikapnya itu terdorong oleh rasa cemburu aku tidak tau bagaimana hubungan mereka saat ini apakah masih baik - baik aku berharap semua baik adanya. Hari ini aku sengaja tidak ke butik aku memutuskan untuk mencari udara segar meski masih disekitaran Mall tempat butikku aku duduk disalah satu restoran pelayannya memberiku buku menu setelah memilih mana yang bisa membangkitkan selera makanku aku sengaja memesan makanan aga banyak mungkin ini salh satu efek dari orang yang sedang Galau biasanya suka banyak makan meski tak semua orang demikian. Sambil menunggu pesananku selesai aku membuka handponeku dan mencoba untuk mencari aktifitas ringan membuka media social ada bebrapa inbox permintaan pertemanan dan pemberitahuan lainnya aku mencek satu demi satu gerak jari – jariku terhenti seketika ada satu inbox yang tak pernah aku duga sudah lama sekali from Abimanyu
Sedikitku bahas tentang Abi, dia teman satu SMA Kami bertiga bersama Shinta bersahabatan Abi sangat menjaga kami hingga akhirnya Abi menaruh hatiku terhadapku Abi ketua OSIS ketika itu dan aktif juga di acara kerohisan sama sepertiku Shinta mendukungku untuk jadian akhirnya kami pun jadian hubungan kami selama SMA tidak ada masalah orang tua kami sudah sama - sama suka hingga kelulusan tiba dan Abi harus melanjutkan kuliah diluar negri sejak itu kami LDS dan kami tidak bertahan lama dengan hubungan ini dan Abi pun jujur telah menemukan penggantiku disanah seorang gadis bule.
“ Maharani, masih ingat denganku ? Aku sudah kembali ke Jakarta bisakah kita ketemu ? ” isi pesan Abi
Aku membiarkan pesan itu dan menutup kembali media sosialku. Hidangan makan siangku sudah tersiap dimeja tanpa kusadari entah berapa lama sudah tersaji dimeja, aku pun melanjutkan makan siang tanpa terganggu dengan pesan Abi.
Kembali ke Jakarta jam 8 Malam
Aku dan Bayu masih saling terdiam suara jam seakan mempercepat kami untuk bicara karena ia lelah memandangi kami yang hanya saling diam.
“ Maharani maaf mungkin kedatanganku mengganggu waktu istirahatmu ? “ Bayu mengawali perbincangan.
“ tidak sama sekali ” hanya kata itu yang terucap dariku
“ aku hanya ingin minta maaf atas perlakuan Ara terhadapmu ”
“ aku sudah memaafkanya mungkin Ara hanya takut kehilanganmu ”
Bayu menghela nafasnya dan menyenderkan tubuhnya dikursi Bayu menundukan kepalanya dan terdiam
“ menurutmu apakah salah jika seorang lakilaki tidak baik sepertiku mengharapkan seseorang yang special ? yang lebih menghargaiku sebagai lakilaki yang mungkin nanti sebagai suaminya ? Rani ….. jujur selama ini aku banyak mengenal perempuan namun tak satu pun yang begitu memikat hatiku tapi setelah bertemu denganmu dalam satu kali pandangan aku yakin kamu adalah perempuan yang aku idamkan ”
“ Bayu sejak dulu aku tidak mengenal banyak lakilaki aku pernah dekat dengan teman SMA ku namun kami terpisah karena dia menemukan gadis yang menurutnya baik, mungkin dulu juga aku tidak baik dalam pandangan orang tapi aku yakin setidak baik apa pun kita pasti akan menjadi yang terbaik untuk pasangan kita ”
“ aku akan berusaha untuk menjagamu Rani, maukah kau memulainya kembali bersamaku untuk saling mengenal lebih akrab ? ”
“ kita sudah saling mengenal Bayu meski tidak dalam hitungan tahun “
“ jika kau tidak keberatan esok aku akan berbicara dengan kedua orang tuamu”
Aku hanya tersenyum begitupun dengan Bayu. Malam beranjak larut aku dan Bayu masih berbincang hingga dia berpamitan Bayu menginap disalah satu hotel tidak jauh dari rumahku. Setelah mengantar Bayu sampe depan rumah aku bergegas masuk kedalam rumah dengan berjalan cepat.
“ Astagfirulloh !! ayah ibu ?? ”
Aku melihat kedua orang tuaku duduk bersandar dibalik tembok ruang tamu ternyata mereka masih mendengarkan kami berbincang dan kami pun tertawa ibu memeluku dan ayah membelai sayang kepalaku.
Sejak malam kedatangan Bayu beberapa waktu yang lalu tidak lama dari itu Bayu bersama orang tuanya datang berkunjung dan membicarakan kelanjutan kami Bayu cukup meyakinkan kedua orang tuaku bahwa dia akan menjagaku dengan segenap jiwanya. Beberapa bulan kemudian Bayu dan aku akhirnya menikah setelah menikah Bayu memboyongku ke Bandung kota asalnya. Aku cukup sedih karena harus meninggalkan ayah dan ibu di Jakarta. Tapi Bayu adalah suami yang pengertian setiap weekend kami selalu berkunjung terkadang mereka yang berkunjung kerumah kami. Kami sama - sama mengelola usaha yang dari dulu dirintis dan Alhamdullilah sekarang makin meluas tak hanya bandung tapi Jakarta juga alhamdulillah bisnis kami cukup bagus. Tak terasa satu tahun pernikahan kami lalui dengan penuh kebahagian meski ada setikit selisih pendapat baik kerjan atau pribadi tapi semua bisa kami sikapi dengan baik tanpa harus berlarut dan kebahagian kami pun terlengkapi dengan kehadarin c jabang bayi usia kehamilanku baru memasuki minggu ke Empat.
“ sayang, besok aku tidak bisa menemanimu ke jakarta ”
“ loh kenapa ! ko mendadak ? ”
“ aku ada sedikit urusan dengan usaha ayahku, ada karyawan yang sedikit bandel jadi aku diminta ayah untuk mengauditnya ”
“ akan lamakah disanah ? ”
“ rencana tidak akan lama jika sudah selesai aku akan cepat pulang ” Bayu merangkul pundaku
“ baiklah, aku siapkan pakaiannya dl ”
“ terimakasih sayang ”
Aku bangit dari duduk ku meski sedikit kecewa karena Bayu tidak akan menemaniku besok, ini untuk pertama kalinya selama pernikahan kami pergi sendiri - sendiri ada sedikit ke khawatiran didalam hatiku mungkinkah sebuah Firasat.
Bayu berangkat terlebih dahulu karena jadwal pesawatnya pagi agar sampe Jogja tidak terlalu siang.
“ sayang, hati - hati ya selama aku pergi ” Bayu memegang kedua pundaku dan menatap mataku yang sedikit berkaca – kaca Mungkin menurutnya aku ini cengeng tapi ini pertama kalinya kami berjauhan
“ iya aku akan baik baik sayang ” aku menundukan kepalaku
Bayu meraih kedua tanganku dan menciumnya kemudian dia memeluk mencium keningku terasa sangat hangat sekaliku dekap erat seakan tak inginku lepaskan. Selama kami menikah Bayu membuktikan bahwa dia seorang suami dan calon ayah yang melindungi aku sangat takut untuk kehilangannya begitu pun dengan Bayu kami saling melengkapi.
Aku tiba dirumah sore hari setelah mengantar Bayu kebandara aku langsung meluncur ke Jakarta ditemani pa ujang sopirku. Sepanjang perjalanan aku hanya diam saja masih berasa ada yang aneh. Penerbangan Bandung – Jogja tidaklah terlalu lama dalam perjalanan pun Bayu sudah memberi kabar kalo dia baru turun dari pesawat. Dia menceritakan ada sesuatu yang aneh ketika dia dalam pesawat rasanya sepi karena aku tidak bersamanya begitu juga dengan yang ku rasakan sepanjang perjalanan tadi mungkin untuk sebagian orang hal seperti itu sangatlah berlebihan tapi buat kami ini adalah pengalaman karena selama kami bersama tidak pernah berjauhan. Bayu meyakinkanku saat kita tak bersama maka arti kehadiran kita sangatlah berarti ya Cinta kami merasa ada yang kurang saat kami tidak sedang bersama. Ibu menemaniku selama aku dijakarta sangat telaten maklum ibu akan menjadi seorang nenek beliau sangat menjaga gerak gerikku meski aku sendiri tidak merasa keberatan atau kewalahan mengerjakan pekerjanku. Aku sangat bersyukur memiliki orang - orang yang begitu menyayangiku.
“ Anaku sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ibu ” ibu mengusap perutku dengan lembut
“ iya bu…. Bu terimakasih karena ibu selalu menjagaku dari aku masih dalam kandungan hingga saat ini. Rani minta maaf jika selama itu Rani pernah membuat ibu menagis atau kecewa ” air mataku membahsahi pipi dan ibu mengusapnya mencium keningku dan memelukku
“ kamu tidak pernah membuatku menangis anakku kamu selalu membuatku tersenyum ibu sangat bangga memilikimu ”
“ Rani sanyang sama ayah dan ibu ”
Kami larut dalam emosi dramatis aku memeluknya perasan ini sangatlah aneh seperti tidak akan pernah merasakan pelukannya lagi ah ini rasa sensitifku karena aku sedang mengandung menurut buku yang aku baca perempuan yang sedang mengandung perasanya lebih peka.
Menjelang keberangkatanku ke Bandung pa ujang tidak bisa menemaniku karena sakit. Akhirnya aku harus menyetir sendiri ibu sedikit khawatir dengan ini ibu lebih memilih aku untuk menunggu Bayu yang akan langsung pulang ke Jakarta tapi aku meyakinkan bahwa akan baik – baik saja meski sudah lama aku tidak membawa mobil seperti yang kalian tahu baik Ibu maupun Bayu tidak mengizinkanku membawa mobil sendiri. Aku berangkat sore hari setelah siangnya terlebih dahulu mencari beberapa bahan - bahan untuk pesanan dan stock butik karena beberapa bulan lagi akan ada fashion show tunggalku. Ku berangkat seorang diri cuaca awalnya cerah tapi memasuki tol cuaca berubah mendung tak lama hujan pun turun laju mobilku tidak terlalu cepat jalanan cukup licin kendaraan disekitarku melacu dengan cukup kencang tiba - tiba aku mendengan bunyi dentuman cukup keras beberapa mobil didepanku berusaha menghindar termasuk aku namun ku lepas kendali dan tidak bisa menguasai situasi seperti ini aku melihat mobil ukuran besar terseret kearahku setelah menghantam mobil mini bus didepanku dan braakkkkk ekor mobil itu menghantamku keras saking kerasnya hingga melemparkan mobilku yang jenis sedan kepinggir jalan dan terjatuh menghantap pembatas jalan aku tidak merasakan apa - apa selain rasa hangat dikepalaku disertai aliran darah yang cukup deras tanganku mencoba untuk merabanya tapi aku tak bisa menggerakannya aku merasakan sakit yang teramat dikepalaku pandanganku pun pudar aku melihat disekelilingku kacau serpihan dari beberapa kendaraan berserakan dan orang - orang mulai berlarian menyelamatkan para korban aku melihat seseorang berlari kearahku dan berteriak seperti meminta bantuan
“ sebelah sini dia seorang perempuan sepertinya cukup parah ” dengarku samar – samar tak lama beberapa orang berseragam menghampiri kendaraanku dalam ketidak sadaranku aku mencium bau bensin kemudian orang itu kembali berteriak.
“ ada percikan api !! ”
Meski badanku terasa kaku aku sangat ketakutan dalam hatiku ku berzikir memohon pertolonganNya aku melihat orang berseragam itu seperti bertanya ke padaku tapi tidak jelas apa yang ditanyakan padahal tadi aku masih bisa mendengar meski samar hatiku makin menjerit ku panggil nama kedua orang tuaku dan suamiku Bayu hingga aku tidak bisa merasakan dan melihat semuanya gelap.
Hari - hari ku saat ini sangatlah sunyi meski aku merasakan banyak orang disekelilingku tapi aku tetap sunyi setelah kecelakan itu pandanganku tidak nyata begitupun dengan pendengaranku tidak terlalu jelas hanya samar saja jika berjalan pun ku harus dipapah atau menggunakan tongkat tuhan mengujiku kali ini setelah begitu banyak kebahagian yang Ia anugrahkan kepadaku. Ini sangatlah sulit bagiku aku harus membiasakan diri dengan kondisi seperti ini yang membuatku sedih aku harus selalu mereopotkan orang ketika aku mencoba mengambil sesuatu atau mencoba berjalan tubuhku selalu terjatuh dan bahkan terbentur karena pandanganku tak melihat dengan jelas. Ketikaku berdua dengan tuhan aku selalu bertanya apakah ini takdirmu ataukah ujian jika ini takdirku aku meminta kepada-Nya untuk memberiku rasa tabah dan sabar yang jauh lebih banyak dari sebelumnya jika ini sebuah ujian maka akhirilah dengan cepat karena aku tidak ingin membebani mereka.
“ sayang …. ” ku dengar suara yang sangat akrab suara yang selama ini begitu setia menemaniku kurasakan tangannya medekapku menggenggam tanganku mencium kepalaku. Aku pun membalas menggenggam tangannya.
“ Bayu ” tanyaku
“ iya, ran ”
“ maafkan aku … aku tidak bisa seperti sebelumnya untuk menjalankan kewajibanku seperti seorang istri ” suaraku terisak. Bayu mengeratkan dekapannya
“ aku akan selalu mencintai dan menjagamu apa pun keadaanmu kita bisa melalui semua ini aku akan membawamu ke ahli terbaik ”
“ tapi aku takut jika keadaanku tidak bisa disembuhkan ”
“ kamu harus yakin sayang tidak ada yang tak mungkin jika kita mau berusaha ”
“ aku tidak ingin membebani siapa pun dengan keadaanku ini ”
“ kamu tidak menjadi beban untuk siapa pun terutama untuk ku aku akan selalu ada disisimu ”
“ terimakasih sayang ”
Minggu ini ibu mertuaku mengajak ku untuk ikut pengajian disebuah pesantren meski dengan menggunakan kursi roda aku semangat menghadirinya karena menurut mamah penceramahnya ustad favoritku ustad ini tidak terlalu serius dalam menyampaikan tausiahnya sesekali diselingi candaan tapi tentunya yang sopan. Mamah mengajaku duduk diatara tiang mesjid agar aku bisa bersandar aku menyimak tausiyah minggu ini menyimak setiap kata yang disampaikan sang ustad bagaimana kita bisa menerima semua ujian yang tuhan berikan kepada umatnya seberat apa pun akan selalu ada akhirnya karena tuhan tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan diri kita hanya bagaimana kita menyikapinya dan seberapa besar keimanan dan kesabaran kita dalam menerima setiap cobaan-Nya. Sampai perhatianku teralihkan oleh sosok seseorang yang terliat aga jelas seorang perempuan berhijab disebelahkanku aku melihatnya yang sedang asik memperhatikan dan mendengarkan penyampaian dari sang ustad tak lama seolah dia tau ada yang memperhatikan dia menoleh kearahku dan tersenyum sepertinya aku mengenalnya tapi entah dimana. Seusai pengajian aku mencoba mencari keberadanya tapi aku tak melihatnya aku bertanya pada orang disekitarnya tadi tapi mereka pun tidak mengetahuinya.
“ mah, aku tidak mau membuat Rani kecewa tolong mamah untuk mengerti ” perbincangan Bayu bersama ibunya
“ mamah pun tidak ingin membuat Rani kecewa mamah sangat sayang denganya tapi kamu juga tidak bisa egois kamu anak satu - satunya. Mamah tidak meminta kamu untuk meninggalkan Rani, mamah hanya ingin garis keturunan keluarga kita berlanjur Bayu ”
Ya kecelakan itu merenggut bayiku karena benturan yang sangat keras dan usia kandunganku yang masih sangat muda. Kondisiku saat ini tidak memungkinkanku untuk mengandung hingga kondisiku pulih seperti sebelum kecelakaan kami pernah mencobanya tapi setelahnya ku merasakan sakit yang tak tertahankan dibagian punggungku kondisi seperti ini membuat Bayu tidak berusaha lagi karena dia merasa kasian melihatku yang menahan rasa sakit, terkadang aku memintanya untuk kembali mencoba tapi Bayu selalu menolak dengan lembut.
“ Bayu, aku tidak mau kedokter lagi ” pintaku suatu malam
“ kenapa ?? ” jawab Bayu kebingungan
“ aku sudah cape aku engan melakukan pemeriksaan, sudah lama pemeriksaan rutin aku jalani begitu pun dengan terapi tapi aku tidak merasakan perubahan aku masih sama seperti ini “
“ Rani, kamu tidak boleh menyerah kamu harus berjuang sayang untuk kebaikanmu ”
“ tapi aku lelah Bayu aku sudah menerima takdirku jika ini kehendakNya ”
“ seseorang yang beriman tidak akan menyerah dengan usahanya kamu dan aku sedang berusaha memulihkan keadan aku ingin kamu seperti semula Rani ”
“ kamu ingin aku seperti semula tapi bagaimana jika tidak bisa ?? ” Bayu terdiam
“ aku yakin kamu bisa ”
“ Bayu, jika aku tidak bisa melalui semuah ini aku ikhlas kamu akan mengambil keputusan kamu masih muda kamu masih memiliki kesempatan untuk lebih dari ini ”
“ apa maksud dari perkataanmu ”
“ kau tau aku kehilangan kesempatan untuk menjadi seorang ibu dan aku pun sudah tidak sempurna untuk jadi seorang istri sedangkan kamu masih memeiliki kesempatan itu ”
Bayu beranjak dari tempat tidur dia berdiri samar kulihat memandangiku
“ aku ingin kau menikah lagi ” aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku ucapkan tapi aku sepenuhnya sadar ini sudah aku pikirkan setelah kunjunganku ke pesantren itu aku datang beberapa kali setelahnya dan disitu pula aku bertemu dengan Larasati seorang gadis yatim piatu yang memilih tinggal dipesantren aku telah bicara dari hati kehati dengannya begitu pun dengan ustad pemilik pesantren itu memang tidak mudah untuk mnyerahkan seseorang yang kita cintai kepada orang lain tapi aku melakukan ini karena rasa sayangku terhadap suamiku Larasati pun menerima dengan ikhlas dan dia berjanji jika ada keajaiban terhadapku maka ia akan mengembalikan apa yang sudah menjadi milikku.
“ terimakasih Larasati kamu mau mengerti ”
“ tapi kamu seharusnya tidak melakukan ini Rani, aku yakin suamimu tidak akan setuju ”
“ aku tau La, aku selalu melihat dia menangis dalam sujudnya meski samar aku tidak ingin dia bersediah aku tau bagaimana dia berjuang bersamaku melalui hari - hari membantuku melewati semua ini dia lebih dari seorang suami bagiku dia segalanya dan aku mau dia bahagia ”
“ Bayu, sungguh beruntung memiliki istri sepertimu bahkan aku pun mungkin tidak akan bisa sepertimu Rani. Kamu tau Rani kamu tidak perlu untuk melakukan semua ini kamu adalah yang terbaik untuk suamimu aku yakin tuhan menyayangimu kamu harus lebih yakin Rani tidak ada yang tidak mungkin dengan kuasaNya ”
Larasati kembali meyakinkanku untuk tidak mengambil sikap seperti ini dia begitu yakin bahwa semua ini akan segera berakhir.
“ lebih baik kamu bicarakan terlebih dahulu dengan suamimu jika tuhan mengizinkan dan jika semua ini kehendakNya aku tidak akan menolak untuk membantumu Rani ”
“ terimakasih La ”
“ Rani ” Bayu menyadarkanku
“ apa maksud perkataanmu tadi ? kamu ingin aku menikah lagi ! kamu terlalu Rani kamu pikir aku laki laki sejahat itu menikahi perempuan lain dan meninggalkan seorang perempuan yang dia perjuangkan selama ini …. ini gila Rani aku tidak percaya kamu bisa bicara seperti itu ”
“ aku hanya ingin kamu memiliki keturunan aku tidak mau kamu kesepian aku tau keadaanku aku tidak bisa seperti diriku sebelumnya. Aku sungguh sungguh Bayu aku ikhlas “ ku tahan rasa tangisku.
“ dengar Rani, kita hidup didunia modern kita bisa melakukan ibu pengganti atau bayi tabung seperti yang diusulkan dokter “
“ tapi itu tidak biasa dinegara kita dan apa bedanya dengan kamu menikah lagi toh sama saja dengan ibu pengganti ”
Bayu menarik nafas dan mengusap kepalanya dan mendekat kearahku dia duduk disampingku
“ Rani, aku menerima bagaimana pun keadaanmu jika itu memang sudah menjadi kehendakNya jika apa yang sudah kita usahakan selama ini tidak berhasil. Tapi bukan berarti apa yang kamu katakana tadi adalah jalan keluar dari semua ini. Untukmu mungkin ini yang terbaik tapi bagaimana dengan perasaanku apakah kamu memikirkan itu ?? “ Bayu menggenggam tanganku mencoba meyakinkan ku untuk tidak mengambil keputusan dengan gegabah.
“ Aku ingin esok kamu bertemu dengan seseorang dia temanku dipengajian namanya Lalasati dia anak yatim piatu ” Pintaku. Bayu melepaskan genggamanya dan memandang kearahku dengan pandangan tajam.
“ baik jika itu yang kau inginka aku akan menemuinya esok ” jawabnya. Bayu beranjak pergi dan aku menangis tangisan yang aku tahan kini terlepaskan. Hingga pagi datang aku tidak mendapati Bayu disampingku. Aku mencoba untuk bangkit dari tempat tidurku ujung tempat tidur kujadikan tumpuan sebagai peganganku ku berjalan kearah meja riasku aku ingin memastikan mataku tidak terlihat sembab aku berdiri didepan cermin tapi aku tak melihat siapa pun dipantulan cermin yang kulihat hanyalah banyangan hitam dan bias cahaya tak jelas semua pandanganku kabur aku kembali terisak kakiku terasa lemas dan aku pun terjatuh aku berusaha bangkit tapi kakiku masih terasa lemas aku hanya bisa menangis dan aku semakin menyadari keadaanku yang sesungguhnya.
Pagi ini aku dan Bayu berangkat ke pesantren untuk bertemu dengan Larasati selama perjalanan Bayu tidak bicara sedikit pun begitu pun denganku. Setibanya dipesantren pa ustad sudah menungguku aku memperkenalkan Bayu dan mereka terlibat sedikit perbincangan kami pun masuk keruang tamu pesantren setelah perbinangan ringan pa ustad memanggil Larasati
“ Assalamualaikum ”
“ Waalaikumsallam wr wb ”
entah kenapa setiap aku bertemu dengannya dia selalu terlihat sedikit jelas senyumnya sangat aku kenal dia seperti tidak asing untukku bukan karena beberapa kali bertemu aku merasa lebih dari itu.
“ ini Larasati ” pa ustad memperkenalkan Larasati. Larasati dipersilahkan duduk dia duduk bersebrangan dengan aku dan Bayu
“ Rani, kamu yakin dengan keputusanmu ? ” Tanya pa ustad
“ aku yakin ustad ”
“ dan suamimu menerimanya ? ”
Aku menoleh kearah Bayu yang masih terdiam
“ aku hanya mengikuti keinginannya pa ustad ” jawab Bayu
“ tapi kamu yakin akan menerimanya ? ” pa ustad memperjelas peretanyaannya
“ sejujurnya aku tidak ingin ustad aku sangat menyayanginya apa pun kondisinya ”
“ sesungguhnya kalian saling menyayangi dan saling melindungi hingga tidak ingin salah satu dari kalian bersedih ” ujar pa ustad
“ pa ustad ” Larasati yang sejak dari tadi terdiam angkat bicara. Pa ustad menoleh ke arahnya
“ aku tidak menerima semua ini aku tidak ingin menjadi halangan diantara mereka yang saling memiliki ” perkataannya mengagetkanku aku tidak percaya Larasati membatalkan semuanya.
“ Larasati tapi kau sudah berjanji ” tanyaku
“ Rani maafkan aku jika aku tidak bisa menepati janjiku tapi kamu harus tau suamimu tidak menginginkan yang lain dia hanya ingin bersamamu ”
Aku berusaha berdiri dari dudukku dan aku melihat sekeliling yang tetap tak terlihat jelas lalu aku kembali melihat kearah Larasati mulai terlihat jelas.
“ kenapa kamu membohongiku ” tuduhku
“ aku tidak membohongimu aku menepati janjiku untuk bertemu kalian disini ”
“ tapi kamu menolak pinangan suamiku ”
“ aku tidak menolaknya aku melihat bahwa suamimu tidak menginginkan semua ini kamu harus sadar Rani ini akan segera berakhir ”
Aku merasa kecewa dengan sikap Larasati aku menangis kulihat Bayu berdiri dan mencoba menenangkan emosiku yang mulai tak terkendali seketika aku berlari tanpa menyadari kondisi kakiku yang lemas dan gubrakk aku terjatuh diantara tangga aku terperosok kebawah dan kepalaku menghantam tembok laras berlari kearahku
“ Astagfirullohalazim Rani ” aku mendengar isakanya. Pandanganku seketika melihat jelas kewajahnya dan betapa terkejutnya saat aku melihat wajahnya ternyata itu aku dan kemudian dia mendekatkan wajahnya ke samping kepalaku seraya membisikan sesuatu yang mengejutkanku
“ Maharani kamu harus pulang mereka menantimu ” hanya itu yang aku dengar jelas. Dalam ketidak sadaranku aku masih terus memandangi wajah itu wajah yang begitu mirip dengan diriku setahuku aku tidak memiliki sodara kembar dalam kegundahanku aku melihat kilatan cahaya dikedua mataku dan ada seseorang yang berdiri didepanku dimemegang alat seperti senter namun berukuran kecil dan meletakan sesuatu didadaku yang terasa dingin kemudian beralih keujung lenganku. Pandanganku mulai jelas seperti sebelum kecelakaan aku memfokuskan pandangan tepat didepanku seorang wanita melihat kearahku dan tersenyum ku lihat dia meneteskan air mata disampingnya berdiri seorang pria seusianya kemudian kualihkan pandanganku ke orang disampingku seorang lakilaki berdiri dengan tatapan cemas.
“ aku dimana ?? “ tanyaku
“ kamu berada dirumah sakit Maharani ” jawab dia yang berpakaian putih yang ternyata seorang dokter lalu dokter itu melanjutkan pertanyaanya.
“ kamu ingat siapa saja mereka ? ” sambil menujuk keorang orang disekelilingku
“ iya aku ingat mereka orang tuaku suami dan sahabatku ” Shinta kembali dari luar negeri setelah dia menikah Shinta menikah tak lama dari pernikahanku dia ditikahi seorang bule.
“ Alhamdulillah ” jawab mereka kompak. Bayu mencium keningku dia menangis begitu pun dengan aku
“ anda ingat kenapa anda dirumah sakit ? ” Tanya dokter
“ iya aku ingat aku jatuh dai tangga dan kepalaku terbentur tembok rasanya sangat pusing dokter ”
“ jatuh dari tangga ?? ” dokter itu seperti kebingungan kembali dia mengarahkan senter kecilnya kemataku yang sedikit membuatku kesilauan.
“ mana Larasati ? ” semua yang ada disanah terdiam dan saling pandang
“ Siapa Larasati ? ” jawab Bayu dengan kebingungan
“ seseorang yang aku perkenalkan padamu dipesantren dia calon istrimu ” Bayu tampak terkaget - kaget mendengar penjelasanku. Dokter itu member isyarat kepada Bayu untuk tidak bertanya terlalu jauh
“ biar saya yang menjelaskan “
“ silahkan dokter ” jawab ayahku yang sama tampak kebingungan.
“ Maharani anda tidak terjatuh dari tangga tapi anda mengalami kecelakaan hebat di jalur cepat kondisi anda cukup parah luka dikepala anda cukup hebat karena benturan kaca dan ada beberapa serpihan yang menempel hingga kedalam sehingga harus diambil tindakan oprasi anda mengalami dua kali oprasi dibagian kepala setelah oprasi kedua anda tidak sadarkan diri dan memasuki kondisi koma ” penjelasan dokter itu sedikit membuka memoriku.
“ koma ?? berapa lama dokter ”
“ tiga bulan ” Astagfirulloh selama itukah tapi aku merasa terjatuh dari tangga saat menemui Larasati kepalaku terasa sakit jika aku berpikir dengan keras dimana Larasati dan siapa dia sesungguhnya.
Sepekan sudah berada dirumah sakit pasca dari tidur panjangku aku diperbolehkan untuk pulang hanya bebrapa kali saja diperbolehkan untuk cek up. Didalam kamar aku berdiri didepan cermin memandang kepantulan cermin yang kulihat jelas seutuhnya kulihat tanganku ada beberapa goresan akibat kecelakan ku gerakan kakiku tak terasa seperti waktu itu bahkan dokter menyatakan kandunganku tidak apa - apa sungguh berbeda terbalik dengan apa yang ku alami beberapa hari yang lalu padahal dokter telah menjelaskan semuanya bahwa seseorang dalam kondisi koma akan mengalami hal - hal diluar medis beberapa hari dialam sanah bisa beberapa minggu dialam nyata. Terlepas dari semuanya aku sangat bersyukur karena tuhan mengembalikanku dalam ketidak kekurangan satu pun. Aku masih penasaran dengan Larasati meski dokter menjelaskan bahwa semua itu dibawah sadarku aku mengajak Bayu untuk mengunjungi pesanteren itu dan memang ada pesantren itu maka aku pun meyakinkan bahwa kejadian itu bukalah imajinasiku tapi Bayu tetap meyakinkanku untuk menanyakan terlebih dahulu kepihak pesantren apakah benar ada salah satu santrinya yang bernama Larasati.
Bayu memarkirkan mobil tepat seperti waktu kami dulu didunia imajinasiku menurut Bayu memarkirkan mobilnya aku mau berkomentar tapi mengurungkan niatku salah - salah Bayu malah mengejeku. Kami berjalan menuju ruangan utama dari pesantren yang khusus untuk penerimaan tamu ustad itu menyambut kami dan berbincang sama percis seperti saat aku tertidur kami pun masuk ruangan yang sama aku makin yakin bahwa Larasati itu pun nyata.
Setelah Bayu menceritakan maksud dan tujuan kami kesini ustad itu hanya tersenyum dan melihat kearahku
“ apakah benar ada salah satu santrimu yang bernama Larasati ustad ? ” tanyaku sambil mengharapkan jawaban benar agar aku bisa meyakinkan Bayu bahwa aku tidak berimajinasi
“ dari seluruh santriku tidak ada yang bernama Larasati karena semua santriku lakilaki ” itu penjelasan ustad yang sekaligus mematahkan keingin tahuanku
“ apakah ustad tidak memiliki anak perempuan ”
“ kalo pun iya aku tidak akan mengizinkan putriku untuk menikah dengan lakilaki yang telah beristri meski itu untuk kebaikan ”
Ustad itu menjelaskan ketika seseorang dalam keadaan tidak sadar akan besar kemungkinanya untuk mengalami hal sepertiku itu didorong karena rasa ketakutan yang cukup hebat sehingga memicu jaringan otak menggambarkan situasi yang bukan sesungguhnya dan mengenai kemunculan dia yang mirip dengan diri ku itu adalah cerminan kita pribadi sisi baik dari diri kita dimana kita bisa menerima semua kondisi yang terjadi baik maupun buruk. Penjelasan dari pa ustad ini membuatku mengerti betapa kecilnya kita didepan tuhan saat ujian itu datang siap atau tidak siap kita harus menerimanya dengan segala kemungkinannya setelah perbincangan yang cukup lama sebelum berpamitan kami minta izin untuk melaksanakan solat Ashar dimesjid pesantren ini. “ sayang kamu harus tau apa pun yang terjadi denganmu akibat kecelakan itu tak sedikit pun dalam hatiku untuk meninggalkanmu bahkan menggantikanmu dengan yang lain bagiku kehadiranmu adalah hal terindah yang tuhan anugrahkan kepadaku tuhan telah menurunkan salah satu bidadarinya untuk aku miliki hingga hayatku aku akan selalu menjagamu “
“ terimakasih sayang aku pun bersyukur karena tuhan menjadikan kita jodoh semoga menjadi jodoh yang direstui hingga hayat memisahkan ”
“ Aamiinnn” secara bersamaan.
Hari ini rumahku banyak kedatangan tamu tetangga sahabat dan kerabat hari ini acara potong rambut anak pertama kami Alhamdulillah sudah lahir perempuan semua terlihat begitu bahagia Bayu tidak sedikit pun terlihat murung dia selalu melayani tamu - tamu berbincang bersama opa oma yang asik berebut menggendong Aura nama putri kecil kami. Aku sangat bersyukur atas semua anugrah yang tuhan berikan untuku dalam setiap do’a aku tidak pernah terlewat mengucapkan syukur atas rizki dan hidayahnya. Aku sangat beruntung karena memiliki suami seperti Bayu yang selalu setia menemaniku dalam suka mau pun duka dia tidak seperti dulu sebelum kami menikah meski beberapa perempuan dari masala lunya mencoba singgah tapi Bayu tetap tidak tergoda Bayu bisa membuktikan bahwa dia menepati janjinya untuk melupakan masa lalu dan merangkai masa depan. Terimakasih untuk semuanya terutama untukmu ya robb karena Engkau telah mengembalikanku kepada mereka yang begitu menyayangi dan melindungiku segala puji aku persembahkan untukmu ya robb.
TAMAT